Menapaki Ranah Yang Kadang Penuh Lara




Seringkali dan bahkan mungkin hampir setiap saat ku berpikir mengenai arti nyata kehidupan ini.. Menelusuri tiap likunya dan meraba setiap sisi ketidaktampakan kelembutan yang semakin lama kian membangkitkan hasrat untuk menemui apa yang dinamakan 'kebahagiaan dalam hidup'. Namun entah mengapa dan bagaimana bisa semakin ku berusaha menemukan kebahagiaan itu, merelai semua angan akan 'godaan' yang pula kian mencoba menggagalkannya semakin jauh ia menghilang bahkan untuk mengecup bayang kebahagiaan itu pun amat sulit rasanya.
Aku tahu, cukup dan mungkin sudah semakin tahu, bahwa kebahagiaan yang sebenar-benarnya ketika kita berusaha memiliki imajinasi dalam menikmati tiap kesakitan dalam hal apapun.. Tapi, tapi.. Aku tak mau jadi pendusta pada diriku, ragaku yang kini terlihat semakin lemah, lemah pada batin yang lelah akan semua kepedihan dan kekejaman kehidupan yang kadang kala singgah tanpa menyudahi tebaran 'racun' yang akan membawa kita pada ketidakberdayaan, pada apa yang akan membunuh cita dan angan-angan mulia yang sejengkal lagi kian dekat dengan kilau kesuksesan!
Miris mendapati insan-insan yang 'diklaim' telah dicukupi lidahnya dengan seonggok nasi? Mana? Tidak! Mereka bahkan tak dapat merasakan hangatnya dan betapa nikmatnya 'butiran beras' yang tersaji di depan mata mereka! Mereka hanya dapat memandangnya dengan guratan wajah penuh kemalangan! Penuh penderitaan yang bahkan semilir angin pun tak tega meliukkan dirinya pada batang leher yang melolong merana berharap mengecap nikmatnya segala sesuatu yang bahkan jemari mereka tak dapat sama sekali menyentuhnya..
Betapa naifnya diri ini ketika membiarkan raga berlalu, manari-nari di bawah senyuman sinar mentari yang bahkan mungkin ia - Matahari - hanya menunjukkan senyum iba pada mereka yang hanya dapat menyandarkan diri pada batangan besi tua nan dingin di bawah megahnya pencakar langit dan riuhan tawa yang seakan sama sekali tak membiarkan sedikit simpul lirikan akan lara mereka yang mengharap belas kasih pada mereka yang empunya gemilau harta, kilauan butiran mutiara, dan silaunya ujung tapakan kaki mereka!!

Ririn Arnita Sari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siklus yang Aneh Namun Manis

Kesakitan Yang Kini Meronta

Kuperkenalkan Kalbu Nan Suci Ini