Kuperkenalkan Kalbu Nan Suci Ini



Mengenal dunia baru sama halnya ketika ketika kita mulai mengenal teman dan sahabat baru yang menyenangkan, terdapat berbagai rasa 'menggelitik' dan cukup menyenangkan dan --mungkin saja sedikit terlihat 'gugup' ~yah bahkan mungkin sangat gugup. Mengapa? Aku juga tak mengerti. Mungkin semua apa yang dinamakan dengan rasa - segala sesuatu yang mendeskripsikan isi dari sahabatnya, yakni 'perasaan'.. Perkenalan yang bisa saja berujung pada dua muara dengan sisi perbedaan yang sangat mendalam yang kusebut ia dengan 'kebahagiaan' atau sedikit 'kesakitan'. Entah mengapa diri ini tak pernah memiliki daya untuk tahu kemana arah 'perasaan' akan berjejak, sampai tiba pada saatnya sang 'waktu' yang menjawab semua itu, semua yang berkelumit di angan-angan pikiran yang kini tengah melayang, terbang ke pulau khayalan entah berantah..
Lisan tak kuasa menahan hasrat untuk tak menitip 'asa' pada hal yang 'sebenarnya' telah diketahui dengan terang dan jelas di pelupuk mata bahwasanya itu akan menjadi hal yang lebih cenderung ke arah 'penyi-nyiaan' waktu.. Namun entah~ entah dan entah mengapa di setiap kepahitan senantiasa ada penyangkaan terhadap 'kebahagiaan' yang entah itu akan benar menjadi bahagia ataukah sebaliknya. Namun, sebagai pernyataan akan kesucian dan ketulusan serta kebaikan yang akan senantiasa dipancarkan oleh sang hati dengan kalbu yang takkan pernah bisa tuk didustai.. Walau seringkali ku membuka cahaya 'ketulusan' itu pada apa yang tak pernah kukenali sebelumnya dan seringkali itu pula kumrasakan sakit dan rasa kecewa tak berujung..
Namun.. Tak mengapa, atas nama penikmatan di atas segala kesakitan yang senantiasa menusuk tanpa rasa belas kasih dan ampunan akan torehan yang terlanjur menggores 'hati' ini takkan pernah lelah mempersembahkan segala sesuatu yang mengindahkan sekitarnya.. Takkan ada kata 'dendam dan benci' untuk mencoba dan ~mungkin mencoba kembali pada segala sesuatu yang ~yaah berharap itu sesuatu yang membaikkan keadaan yang telah terlanjur 'rapuh' mungkin telah sangat rapuh melebihi segala ranting yang kan pergi bersama kesetiannya hingga meninggalkan pohon yang selama ini ia tempati tuk menopang..
Harapan takkan pernah pudar ketika memulai segalanya dengan berharap akan ada pelangi yang menghias di kebiruan langit sore nan indah dengan segala janji akan kebahagiaan yang sesegera mungkin kan menghampiri.


~ RIRIN ARNITA SARI
10 Agustus 2014


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siklus yang Aneh Namun Manis

Kesakitan Yang Kini Meronta